Monumen.id – Belakangan, muncul narasi yang mencoba mengklaim bahwa Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, mendukung pasangan Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala lewat berbagai kelompok yang mengatasnamakan ormas, seperti GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu). Klaim ini patut dipertanyakan dan tampak seperti upaya penggiringan opini publik yang sesat.
Jika kita kilas balik ke momen Pilpres lalu, Edy Rahmayadi secara terang-terangan pernah menyebut Prabowo dan Gerindra sebagai “pengkhianat” di hadapan publik. Pernyataan tersebut jelas menciptakan jarak politik yang sulit diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, sulit untuk membayangkan bahwa Prabowo akan melupakan insiden tersebut dan tiba-tiba memberikan dukungan politik kepada sosok yang pernah menyerangnya secara langsung.
Prabowo Subianto Dukung Kader Gerindra: Bobby Nasution
Sebaliknya, Prabowo dikenal sebagai figur yang teguh dalam mendukung kader-kader partainya. Bobby Nasution, yang juga merupakan Wali Kota Medan saat ini, adalah kader Gerindra yang memiliki rekam jejak membanggakan. Di bawah kepemimpinannya, Medan mengalami banyak kemajuan, terutama dalam sektor pelayanan publik dan digitalisasi birokrasi. Sebagai menantu Presiden Joko Widodo, Bobby juga menjadi simbol kolaborasi yang solid antara Gerindra dan pemerintah pusat.
Upaya mengaitkan Prabowo dengan pasangan Edy-Hasan melalui ormas-ormas abal abal tampak seperti manuver politik yang terkesan dipaksakan. Strategi ini lebih banyak membawa narasi sesat dibandingkan fakta. Bahkan, jika ditelaah lebih jauh, klaim tersebut tampak tidak logis mengingat komitmen Prabowo untuk membangun Gerindra sebagai partai yang solid dan konsisten mendukung kadernya sendiri.
Masyarakat Sumatera Utara tentu sudah cukup cerdas untuk memilah informasi mana yang benar dan mana yang sekadar propaganda politik. Prabowo, dengan konsistensi dan integritasnya, tentu lebih memilih mendukung kader terbaiknya seperti Bobby Nasution, yang telah membuktikan kinerja nyata daripada memberikan dukungan kepada pihak-pihak yang pernah menyudutkannya.
Saatnya semua pihak bersikap lebih jujur dalam menyampaikan narasi politik. Jangan sampai masyarakat menjadi korban dari klaim-klaim tak berdasar yang hanya bertujuan menyesatkan opini publik demi kepentingan tertentu. Pada akhirnya, kebenaran akan berbicara dengan sendirinya, dan rakyat akan melihat siapa yang benar-benar bekerja untuk mereka.
